Globalisasi dan Isu-isu Global
Dalam berbagai literatur dan kenyataan praktek hubungan antarsubyek hukum internasional baik pada level negara-bangsa, organisasi (IGO:International Government Organization dan INGO: International Non Government Organization) maupun pada level individual, proses globalisasi banyak ditandai oleh hubungan dalam persoalan bisnis dan perdagangan. Kaum politisi dan birokrat yang lebih banyak memfokuskan pada tataran “policy” dan “decision making” memang menunjukkan aktivitas “lower profile” bila dibandingkan dengan pelaku bisnis. Dalam aspek bisnis, kaum politisi dan birokrat adalah kelompok pemegang otoritas dan pembuat serta pemutus kebijakan sedangkan yang bertindak sebagai pelaku langsung adalah kelompok pelaku bisnis itu sendiri. Selain itu, dalam kenyataannya otoritas politisi dan birokrat dapat terbawa oleh arus kekuatan politik globalisasi yang mengakibatkan para politisi dan birokrat tidak berdaya. Dalam situasi demikian, pelaku bisnislah yang tampil, bahkan dengan mesin globalisasi: technology, the capital markets, and management (Micklethwait & Wooldridge, 2000:29), globalisasi telah menjadi kekuatan komersial (commercial forces) yang disebut kapitalisme modern seperti munculnya: the Internet, the foreign-exchange market, mergers, and foreign direct investment seolah sebagai topan yang mengganyang semua aspek kehidupan global.
Masing-masing dari kekuatan komersial ini memiliki kekuatan, tetapi hal yang menjadikan keunggulan pada tiap mesin globalisasi ini adalah gerakan kebersamaan yang begitu rapi. Teknologi informasi sebagai alat pendukung dalam manajemen informasi dan sistem informasi merupakan sarana yang sangat bermanfaat dalam proses globalisasi. Namun perlu ditekankan bahwa teknologi bukanlah alat yang paling penting atau menentukan, teknologi tergantung pada manusia dan kreativitasnya. Teknologi hanyalah sebagai daya pikir dari orang dibelakangnya.
Walaupun sekelompok orang berpendapat bahwa teknologi sering kali mengotori bumi sehingga ada kontradiksi antara teknologi dan globalisasi, tetapi kelompok lainnya menyamakan teknologi sebagai “Big Brother” dengan batas kebebasan manusia; bagi mereka mesin adalah cara untuk menjaring data, untuk melakukan mata-mata terhadap.
Rangkuman. MATERI KULIAH PPKN
Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang bersatu atau dipersatukan oleh adanya persamaan nasib dan pengalaman di masa lampau dan mempunyai cita-cita serta tujuan yang sama untuk kehidupan di masa depan.
Pengalaman bangsa Indonsia pada masa lampau terutama pada masa penjajahan dengan sistem tanam paksa yang telah menimbulkan kesengsaraan, penderitaan dan pembodohan telah menggugah dan menyadarkan para cerdik pandai atau kaum terdidik untuk mengubah nasib bangsanya.
Munculnya kesadaran berbangsa dan bernegara bagi rakyat di nusantara yang sama-sama ada dalam penjajahan ditandai oleh masa perjuangan kebangsaan di Indonesia yang terbagi atas lima dimensi, yakni: (1) Pergerakan politik; (2) Pergerakan Sarekat Sekerja; (3) Pergerakan Keagamaan; (4) Pergerakan Wanita; dan (5) Pergerakan Pemuda.
Pergerakan pada masa penjajahan Belanda ini dibagi menurut kurun waktu sebagai berikut: (1) Pada masa 1908-1920 ditandai oleh munculnya: Organisasi-organisasi Indonesia yang terdiri atas Budi Utomo, Sarekat Islam, perkumpulan-perkumpulan berdasarkan kedaerahan dan perkumpulan campuran; (2) Pergerakan politik pada masa 1920-1932 untuk organisasi Indonesia meliputi Partai Komunis Indonesia, Sarekat Islam, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, Studieclub-studieclub, Partai Nasional Indonesia, perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, dan golongan berdasarkan keagamaan; (3) Pergerakan politik pada masa 1930-1942 meliputi Pendidikan Nasional Indonesia, Partai Indonesia, Gerindo, Partai Persatuan Indonesia, Budi Utomo, Partai Rakyat Indonesia, Persatuan Bangsa Indonesia, Partai Indonesia Raya, PSII, Pariiii, Penyedar, PII dan PSII ke-2, perkumpulan berdasarkan kedaerahan, golongan berdasarkan keagamaan, GAPI dan Majelis Rakyat Indonesia.
Melalui organisasi politik, perjuangan bangsa Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk mencapai kemerdekaan dari penjajahan asing karena mereka sadar akan nasibnya yang sedang dijajah sehingga kondisinya, miskin, bodoh dan tidak ada kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri. Karena itulah, muncul berbagai gerakan yang mengarah pada upaya untuk mempersatukan diri melawan penjajahan dengan berbagai taktik perjuangan yang dilandasi oleh semangat persatuan dan nasionalisme yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar